Sore menjelang magrib, panggil tuhan datang sudut ruangan Almarhumah Nenek kami Hj. Saeba.
 |
Hj. Saeba : Penuntun Cintai Dengan ketulusan |
kami mendengar berita itu pada pukul 17.35 Wita masih tengiang- ngiang rautan kasih sayangnya kepada kami semua. Sesorang nenek sekaligus Ibu dari ayahku, Seorang perempuan paruh baya yang senantiasa menjadi panutan, masih teringat diingatanku pada waktu saya masih kecil, main digot/kanal dekat rumahmnya, dialah orang yang paling pertama membawakan saya kayu pada saat saya asyik berenang sambil tangkap ikan, ya kasihannya aku. walaupun dia keras, dialah orang pertama menasehati saya ketika terlibat masalah.
Dimalam setalah kami bersiap diri, memandu jenazah nenek kami, ditempat istrirahat terakhirnya. Saya menunggu kedatangan ayah dan ibuku dari Kendari. Dan sambil menunggu kedatangan keluargaku yang lain. Aku sibuk menelfon keluarga yang jauh didaerah. Dan bersiap diri menjemput Ayah dan ibuku dibandara. setelah tiba dirumah duka keluargaku. kami telah bekumpul dirumah duka. Sambil menunggu pagi, kami membaca ayat suci al quran dan setelah itu kami bersama keluarga besar tidur disamping almarhumah.
Setelah, Keesokan Harinya. Kami segera bergegas mencari kebutuhan terakhirnya. Kami berbagi tugas untuk penghormatan terakhir. setelah Kayu Nisan, Kain kafan, Perlengkapan mandi, dan Keranda Mayit. setelah kami mengambil di Masjid dekat rumah nenek kami, saya dan beserta keluarga besarrku mengangkat jenazahnya. Kami siap memandikannya. Kemudian mengkafani tubuhnya. Dan mengangkatnya menuju masjid untuk disholati bersamaan dgn sholat Dzuhur. Sepanjang jalan Menuju masjid hanya mengingat kebajikan serta tawa candanya ketika ia menyayangi diwaktu kecil dan luapan amarahnya yang kini ku pandangi adalah wajah kaku dan siap pulang kepada sang khaliq. jujur, ingin menangis sejadi-jadi tapi " tangis tidak dapat mengubah keadaan yang sudah terjadi, pilihan cuma ada satu Ikhlas"
 |
Proses, Pemakaman Keluarga Kami |
Sholat Dzuhur dan Sholat Jenazah kami berdoa semoga segala kemudahan setelah menuju alam barzah diberi kemudahan dan segala dosanya yang telah lalu dimaafkan sang khaliq. Kami mengangkat keranda jenazahnya menuju liang lahat. Ada salah satu pengalaman pribadi yang cukup takjub hal yang saya pelajari bahwa kecepatan langkah seseorang ketika menuju kubur itu cenderung lebih cepat daripada biasanya. padahal kalau berat keranda jenazah itu sendiri ya, lumayan berat dan harus ditopang oleh laki-laki dewasa untuk memudahkan mengangkatnya.
Tanah 2*1 telah siap memanggil orang yang kami cintai menuju liang lahat. Air mata kami pun bertetes dengan beriringan melepas ikhlas orang yang sangat kami cintai. keluarga kami turun Jenazahnya keliang lahat. Tangisan pecah setelah jenazah disemayamkan. Doa yang panjang keikhlasan, yang kami panjatkan kepada tuhan semoga orang kami kasih.
Saya telah belajar dari perpisahan dunia dan akhirat.
bahwa :
keluarga akan menjadi teman terakhir dalam menghadapi suka dan duka, teman terakhir sebelum menuju alam selanjutnya. Sebencinya kita pada keluarga kita, darah tidak akan bisa dicuci dari pertalian keluarga itu
Komentar
Posting Komentar